Loading...

Mau punya anak Pintar? Manjakan Istrimu! Saking Ngenanya, Nasehat ini Sudah Dishare Jutaan Kali!

Ada sebuah buku yang ditulis oleh Anna Karenina, isinya mengatakan: “Keluarga yang bahagia memiliki persamaan, tapi keluarga yang tidak bahagia memiliki masalah yang berbeda"

Dimana letak persamaan keluarga yang bahagia?

1. Ibu dicintai, maka keluarga lebih bahagia


Dalam bukunya Anna menceritakan:

Ketika saya antri untuk masuk kereta bawah tanah, ada seorang bocah berusia 3 tahun berkata pada ibunya “bu, di sini ada kursi kosong!”

Lalu sang ibu berkata “Kursinya cuma satu, kamu saja yang duduk, biar ayah ibu berdiri!”
Lalu anak laki-laki itu berkata “aku anak laki-laki, harusnya ibu yang duduk”

Dan setelah mengucapkan kata itu, sang ibu duduk dan sang ayah memberikan cokelat sebagai hadiah untuk anak itu.

Dari gerak gerik dan pembicaraannya, saya mengerti bahwa ibu dan anak ini sedang menemani ayahnya pergi kerja.

Sang anak pun bertanya “bolehkah ayah dan ibu menemaniku bermain?”

Lalu sang ayah pun berkata “kamu harus sabar, ketika kamu pulang sekolah, ayah ibu akan menjemput dan mengantarkanmu melihat perahu kesayanganmu!”

Dan ketika sang ayah sampai di stasiun, ia menitip pesan kepada bocah itu “kamu harus menjaga istriku dengan baik, jangan nakal, jangan buat ia nangis, karena dia adalah istri kesayanganku. Ayah pergi cari uang dulu”

Melihat pembicaraan papa dengan bocah itu, saya pun tertawa. Saya melihat bocah itu sangat baik dan memiliki pikiran seperti orang dewasa.

Dari situlah saya mengerti, ketika seorang ibu dicintai maka keluarga akan bahagia.

Kasus lainnya, seorang ayah pernah bertanya kepada ahli saraf terkenal, Profesor Medina:

“Profesor, bagaimana saya dapat membantu anak saya agar bisa diterima di Universitas Harvard?”
Lalu profesor itu berkata “sekarang kamu pulang, dan cintailah istrimu!”

Lalu profesor menjelaskan: Di Amerika Serikat, prediktor terbaik pencapaian akademik adalah stabilitas emosional keluarga.

Sebagian besar stabilitas emosional keluarga dikeluarkan oleh emosi istri. Intinya, semakin stabil emosi sang istri, semakin stabil mood keluarga, dan semakin baik kinerja sang anak.

Cara terbaik untuk membuat emosi istrimu stabil adalah dengan mencintainya.
Seorang wanita yang hidup dalam cinta suaminya, maka hatinya lembut dan stabil.

Menjadi toleran terhadap semua orang di sekitar akan menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan dan sehat.

Sebaliknya, seorang wanita yang telah lama mengalami ketidakpedulian, keluhan, dan temperamen suaminya; emosi negatif ini akan ditularkan kepada seisi anggota keluarga. Keluarga tidak akan damai dan saling membenci.

Bahkan ada pepatah berkata “istri bahagia, keluarga bahagia”

2. Ayah dihormati, maka ia akan lebih mencintai ibu

Di Inggris terkenal dengan sebuah cerita “Ratu mengetuk pintu”

Suatu kali, Ratu Victoria bertengkar dengan suaminya. Sang suami pun kembali ke kamar sendirian dan mengunci pintu dari dalam.

Ketika Ratu kembali ke kamar tidurnya, ia harus mengetuk pintu kamar “tok tok tok!”

Suami bertanya “siapa?”
Victoria dengan bangga menjawab: "Ratu."

Namun sang suami tetap tidak mau membukakan pintu.

Ratu pun kembali mengetuk pintu “tok tok tok!”

“Siapa?”

Victoria menjawab “Ratu!”
Sang suami bertanya lagi “siapa?”

Lalu Victoria menjawab “istrimu!”
Baru pintu kamar dibuka.

Wanita perlu dimanja, pria perlu dihormati.

Emerson Eggerichs adalah seorang ahli terkenal masalah pernikahan. Dalam 30 tahun lebih membuka konseling pernikahan, Emerson menemukan arti sebenarnya dari keluarga dan pernikahan, yaitu cinta dan hormat.

Jika seorang suami tidak mencintai istrinya, sang istri tidak akan menghormatinya. Sebaliknya, jika seorang istri tidak menghormati suaminya, suaminya tidak akan mencintai istrinya. Maka pernikahan itu akan jatuh ke dalam "lingkaran setan."

Semakin pria mencintai wanita, semakin wanita itu akan menghormati pria. Semakin wanita menghormati pria, semakin pria mencintai wanita.

Cinta itu harus seperti ini, begitu juga dalam keluarga. Sang istri harus menghormati suami, agar suami lebih mencintai istri, maka percaya keluarganya akan lebih terasa hangat.

3. Anak diterima, maka akan lebih terasa kekeluargaan

Seorang guru Liu bertemu dengan seorang bocah lelaki yang tidak berani pulang ke rumah.

Ceritanya bermula saat ujian akhir, anak kelas 5 itu mengikuti ujian di pagi hari.
Sang ibu bertugas menyiapkan sarapan, dan sang ayah bertugas menjemput anak itu pulang
Saat ayah menjemput, ia heran karena hampir semua anak sudah pulang, cuma anak itu masih belum pulang.

Namun sejam kemudian, sang ayah menemukan anak itu sedang menundukkan kepala dan merenung di luar kelasnya.

Akhirnya sang ayah mencari guru Liu dan menanyakan “anak saya kenapa? Apa yang harus saya lakukan?”

Lalu Guru Liu mengatakan “kamu harus bisa mencintai anakmu lebih lagi”
Ayah itu berkata “saya selalu mengajak anak itu bermain kok, namun ketika ia bandel, saya akan menghukumnya!”

Dari situlah Guru Liu mengerti “Aku tahu kamu sangat mencintai anakmu. Tapi pernahkah kamu pikir, apa yang diinginkan anak itu dari dirimu?”

“Dia berharap kamu tetap bersikap baik padanya bahkan ketika ia tidak belajar sekalipun. Kamu harus memberikan cinta yang konsisten.”

Ini adalah masalah umum bagi banyak orang tua untuk mencintai dan menerima anak tanpa syarat.
Di mata anak, standar keluarga yang bahagia adalah apakah orangtua bisa menerima apa adanya?

Definisi keluarga bahagia menurut anak:

Cinta orangtua pada anak, orangtua bisa menghormati keinginan anak, orang tua benar-benar peduli dan menghargai anak.

Kita sering membandingkan rumah dengan lengan ibu. Karena keluarga dapat memberikan cinta tanpa syaratnya, layak fungsi lengan seorang ibu.

Rumah adalah satu-satunya tempat di mana Anda dapat pulang tanpa alasan.

Bahkan ketika Anda telah menjadi seorang orangtua, ketika Anda kembali ke rumah orangtuamu sendiri, Anda akan mendapatkan kekuatan kembali.

Jika sebuah keluarga dapat memanjakan seorang ibu, menghormati seorang ayah, tapi tidak bisa menerima anak apa adanya, maka keluarga itu bukanlah sebuah rumah yang sempurna.

Keluarga adalah dunia bagi ibu, kerajaan bagi ayah, dan tempat bermain bagi anak. Seperti inilah seharusnya keluarga hidup bahagia.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel